Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana
|
Tentang EFWS
Daftar Isi
1
2
3
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
R
S
T
U
W
“
1
1. Bou (bahasa Ende, NTT : kumpul keluarga sebelum menghantar belis/mas kawin).
(Vincensius Mengga)
1. Rongi (bahasa Ende, NTT : membuka lahan atau kebun baru atau menanam pohon untuk dijadikan sebagai hutan lindung).
(Vincensius Mengga)
2
2. Supu (bahasa Ende, NTT : kerja sama).
(Vincensius Mengga)
3
3. Tarian Dowe Dara (bahasa Ende, NTT : tarian saat menanan tanaman).
(Vincensius Mengga)
A
Adat pati ( Dayak Kebahan, Kalbar: Hukum adat ganti rugi bagi yang mati dibunuh )
(Yohanes Kasra)
Adigang, Adigung, Adiguna (Bahasa Jawa: tentang sikap rendah hati)
(Fidelis Anggiornamento)
Asé-ka’é pa’ang blé (Bahasa Manggarai: Asé: adik; ka’é: kakak; pa’ang: gerbang kampung; blé: di sebelah/seberang, dunia lain)
(Adrianus Ranja)
Asi Ni Roha (Bahasa Batak Toba, Siborongborong, SUMUT: Mengimbau Kemurahan Hati)
(Jimson Sigalingging)
Asok tukon ( Tradisi Jawa, Desa Rogobelah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah: “Tali Pengikat Sebelum Perkawinan”)
(Prof. Armada)
Ata Polo (Bahasa Lio-Ende: orang jahat atau suanggi)
(Rikardus)
B
BABHO NGASI: BAHASA NAGEKEO (SIDANG PENGADILAN)
(Andreas Leta)
Bahuma Tahutn (Bahasa Dayak Kendayan: Hal “Berladang/Bersawah Tahunan”)
(Iko Logam)
BAKO PO’O (BAHASA NAGEKEO: GULUNGAN DAUN TEMBAKAU)
(Andreas Leta)
Bapumung (Dayak Bakati dari Kalimantan Barat, Bahasa Bakati: Hal, Meminta ijin).
(Borremius Buyono)
Barong Wae (Bahasa Manggarai: Upacara untuk mengundang “roh” penjaga air)
(Gregorius Kurniawan)
Bebadi (Bahasa Dayak Barai, Sintang, Kalimantan Barat: “Ritual Perdamaian antara Manusia dengan Penghuni Alam Semesta”)
(Siong)
BEKANO/BEJALI (Dayak Lebang Nado, Kalimantan Barat)
(Robertus Moses)
BELABOR (Dayak Lebang Nado, Kalimantan Barat)
(Robertus Moses)
Berazat dan Mulangk Ajad (Bahasa Dayak Barai, Sintang, Kalimantan Barat: “Bernazar dan Pembaharuan Nazar”)
(Siong)
Beumpank ( Dayak Kebahan, Kalbar: Upacara ucapan syukur musim buah )
(Yohanes Kasra)
Bhoti Mondo Tau Wake Mangu Sao Ria (Acara Kumpul Keluarga Untuk Membangun Rumah Adat).
(Agustinus Ga'a Della)
Bila-Bila Gafimanu (Bahasa Nias: hal “persaudaraan” dalam hidup berkomunitas masyarakat Nias)
(Ibeanus Zalukhu)
Bohajat (Dayak Uud Danum Kalbar: Upacara Bernazar/Berdoa)
(Trio Kurniawan)
Bou Tebo Mondo Lo (bahasa Lio:hal ”berkumpul bersama”).
(Yohanis Yustinus Doi)
Buat Tangah (Bahasa Dayak Kendayan: Hal “Menghormati Alam”)
(iko logam)
Bugu Kungu Uri Logo (bahasa Bajawa, Ngada, NTT: merupakan ungkapan adat orang Ngada untuk menggambarkan pribadi yang kerja keras)
(Delfinus Dhobu)
C
Cimpa (Bahasa Lamba Leda, Manggarai Timur, Flores: Perihal Membagi Rejeki)
(Eugen)
D
Dahyangan (Tradisi Jawa, Ponggok Kab. Blitar Jawa Timur : kepercayaan adanya penjaga hutan)
(Yusep Septiawan)
Dalihan Na Tolu (Batak Toba: Hal tatanan sosial hidup Batak Toba)
(Rudianto Situmorang)
Duwata Sangiang (Bahasa Dayak Krio, Kalimantan Barat) : Tuhan Allah
(Agustinus Tamtama)
Du’a gheta lulu wula, Ngga’e ghale wena tana (bahasa Lio Ende, NTT; Yang Mahatinggi/Mahamulia/Tak Terbatas yang berada di atas langit/ Tak terbatas yang berada di bawah bumi (tanah): Penghormatan Manusia Terhadap Kosmos)
(Rovinus Longa)
E
Ema Agu Anak Neka Woleng Bantang, Ase Agu Kae Neka Woleng Tae (Bahasa Manggarai: Ayah dan Anak tidak boleh berbeda pendapat, adik dan kakak tidak boleh berbeda dalam berkata)
(Firminus Marianto CM)
Ergunting (Batak Karo, SUMUT: Upacara Menggunting Rambut Bayi)
(Joan Nami Pangonsian Siagian)
F
Fai Walu Ana Halo (Lio-Ende: janda dan yatim piatu)
(Rikardus)
Fame’e Gő (Bahasa Nias: hal “ tanggungjawab seorang ibu terhadap anaknya” dalam masyarakat Nias)
(Ibeanus Zalukhu)
Fanaru (Bahasa Nias: hal “solidaritas” dalam berelasi hidup bersama Masyarakat Nias)
(Ibeanus Zalukhu)
G
GAWAI (Dayak Lebang Nado, Kalimantan Barat)
(Robertus Moses)
Gawai Adat Ngamik semangat padi ( Dayak Desa kalimantan barat, kampung Tekang Sintang: gawai Adat Mengambil Semangat Padi)
(Borremius Buyono)
GEDHO LOZA (Bahasa Nagekeo,NTT: Keluar Dari Kampung) SEBAGAI UPACARA PENDEWASAAN LAKI-LAKI NAGEKEO
(Antonius Alfredo Poa)
Gendang Guro-guro Aron (Batak Karo, SUMUT: upacara kaum muda untuk berinteraksi dengan yang lain)
(Joan Nami Pangonsian Siagian)
H
Haé wa’u (Bahasa Manggarai: Haé : sesama, sahabat; Wa’u: turun, keturunan, garis keturunan, bisa pula diartikan sebagai keluarga besar satu suku)
(Adrianus Ranja)
HAE REBA (BAHASA MANGGARAI: HUBUNGAN KEKERABATAN YANG DIBANGUN ATAS DASAR KENALAN, RASA PERSATUAN, PERSAUDARAAN, KEAKRABAN, KEKELUARGAAN DAN RASA KEMANUSIAAN)
(Fedrianus Ghela)
Hae Reba (Bahasa Manggarai: Sahabat)
(Matias Jebaru)
HAFRI ANIA (CINTAH KASIH) (Suatu Praktik Saling Mencitai Dalam Hidup Orang Maybrat)
(Imanuel Tenau)
Hal “Persiapan-persiapan untuk Menabur Benih”
(Aloysius Dirgahayu Doren)
Hambor (Bahasa Lamba Leda, Manggarai Timur, Flores: Perihal Perdamaian dan Pengampunan)
(Eugen)
Hämmerle, M. Johannes, ofm. Cap, 1986. Famatő Harimao. Nias: Yayasan Pusaka Nias. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Derah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978. Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Sumatera Utara. Riyanto, Armada, 2013. Me
(Ibeanus Zalukhu)
Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon (Batak Toba, SUMUT: Kekayaan, keturunan, kehormatan)
(Joan Nami Pangondian Siagian)
Handop(Bahasa Dayak Uud Danum Kalbar: Hal Gotong Royong, Kebersamaan)
(TRIO KURNIAWAN)
Hanga atau Kanga (Lio-Ende: sebuah tempat yang berbentuk lingkaran dan di tengahnya terdapat batu lonjong dan batu ceper
(Siklus Rikardus Depa)
Homing Dai’ (Rumah Besar dalam Masyarakat Dayak Hibun)
(Christianus)
Hopong(Dayak Uud Danum Kalbar: Upacara Penerimaan Tamu)
(TRIO KURNIAWAN)
I
Ili Bhou(bahasa Bajawa, Ngada, NTT: menyatakan perkumpulan, persatuan hidup bersama dalam masyarakat)
(Delfinus Dhobu)
INE TANDA(BAHASA KEO: LARANGAN-LARANGAN MERUSAK LINGKUNGAN)
(Andreas Leta)
Ipung ca tiwu néka woléng wintuk (Bahasa Manggarai: Ipung: ipun; ca: satu, se-; tiwu: kolam; néka: jangan; woléng; berbeda, berlainan; wintuk: aturan, urusan, tindak tanduk, sikap)
(Adrianus Ranja)
IRANIA (PERSAUDARAAN) (Suatu Kisah Hidup Persaudaraan Orang Maybrat)
(Imanuel Tenau)
Irau adat (Dayak Kayan Mapan Kaltara: Kebersamaan dalam pesta panen)
(Benidiktus Paulus)
Ire (bahasa Bajawa, Ngada, NTT: merupakan term khusus yang dipakai untuk larangan melukai tanah)
(Delfinus Dhobu)
J
Jambar (Batak Toba, SUMUT: Hak atau Bagian)
(Joan Nami Pangondian Siagian)
Ja’i-Bahasa Flores Ngada- Tarian Persaudaraan
(Eduardus Madha)
Jila Ngere Nenu Sina (Bahasa Lio: Ungkapan untuk hidup yang harmonis, bersih, dan benar)
(Yohanis Yustinus Doi)
K
Ka Nua-Bahasa Ngada- Pesta Kampung Baru (Kampung Adat)
(Eduardus Madha)
Ka Uwi (Bahasa Lio: Makan ubi)
(Yohanis Yustinus Doi)
Kempunan (Bahasa Dayak Uud Danum Kalbar: Hal Menghargai Rejeki dan Kehidupan)
(TRIO KURNIAWAN)
Kenduri (Kediri, Jawa Timur: Hal memberi dukungan dan doa keselamatan).
(Yohanes Basticovan)
Klangkang (Dayak Kayan Mapan Kaltara: Ritual memberi makan alam)
(Benidiktus Paulus)
Kolo Setoko Ne’e Aze Setebu( bahasa Bajawa, Ngada, NTT: kebulatan suatu tekad, tidak adanya keterpisahan dan melambangkan persatuan dan kesatuan)
(Delfinus Dhobu)
Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar )
(Marten CM)
Kraton (Jawa, Yogyakarta: hal pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta)
(Alvarian Utomo)
Kula Kame (Bahasa Lio: bertukar-pikiran)
(Yohanis Yustinus Doi)
KUWU SI’E (BAHASA NAGEKEO: PONDOK GARAM)
(Andreas Leta)
L
Lapo Tuak (Bahasa Batak Toba: Kedai Tuak)
(Joan Nami Pangonsian Siagian)
La’at (Bahasa Manggarai: melawat, menjenguk, mengunjungi) (Verheijen, 1967: 239)
(Adrianus Ranja)
LA’AT ANAK WINA (BAHASA MANGGARAI: HAL MENGUNJUNGI KELUARGA KERABAT PENERIMA ISTRI/SAUDARI)
(Fedrianus Ghela)
La’at Meka Weru (Bahasa Manggarai: Mengunjungi Bayi Yang Baru Lahir)
(Matias Jebaru)
Lejong (Bahasa Manggarai: bertandang, bertamu, berkunjung)
(Arbianus Rivaldi)
Lodong Ana’ (Bahasa Larantuka, Flores Timur, NTT: hal “Mengeluarkan anak dari tempat arahnya”)
(Aloysius Dirgahayu Doren)
LOKA PO’O BHORO (Hutan Larangan Adat Untuk Masak Nasi Bambu)
(Agustinus Ga’a Della)
M
Makei Hereu (Dayak Kayan Mapan Kaltara: Upacara Perkawinan Adat)
(Benidiktus Paulus)
Mali (Bahasa Dayak Krio, Kalimantan Barat) : Hal larangan-larangan atau tabu-tabu yang tidak boleh dilanggar oleh orang Dayak Krio dalam kehidupan sehari-hari.
(Agustinus Tamtama)
Mali dan Sida (Bahasa Dayak Barai, Sintang, Kalimantan Barat: “Tidak Boleh dan Boleh”)
(Siong)
Mangallang Horbo Bius (Bahasa Batak Toba: Ritual memakan hewan persembahan yaitu kerbau)
(Rudianto Situmorang)
Mangaririt ( bahasa Batak Toba, Siborongborong, SUMUT: hal menentukan pasangan hidup)
(Jimson Sigalingging)
Mangase Taon (Batak Toba, SUMUT: Perayaan Tahun Baru)
(Joan Nami Pangondian Siagian)
Mangongkal holi (Bahasa Batak Toba: Menggali tulang belulang)
(Rudianto Situmorang)
Mantu Kucing (Bahasa Osing, Banyuwangi, Jawa Timur:hal “meminta hujan”)
(Doroteus Bryan)
Marhata Sinamot (Bahasa Batak Toba: hal merundingkan mas kawin atau uang mahar)
(Rudianto Situmorang)
Marripe-ripe (Bahasa Batak Toba, Siborongborong, Sumatera Utara: “Tentang kepemilikan bersama”)
(Jimson Sigalingging)
Marsiadapari (bahasa Batak Toba, Siborong-borong, Sumatera Utara: “Tradisi Gotong Royong dalam masyarakat Batak Toba”)
(Jimson Sigalingging)
Martarombo (Batak Toba: Hal menelusuri silsilah)
(Rudianto Situmorang)
Martonggo raja (Batak Toba: Hal musyawarah)
(Rudianto Situmorang)
Martutu Aek (Bahasa Batak Toba, Bakara, SUMUT: “Ritual pemberian nama pada bayi yang baru lahir”)
(Jimson Sigalingging)
Ma’bua’ (Bahasa Toraja, Sulawesi Selatan: hal “pesta ucapan syukur dan mohon berkat dari Tuhan Allah” dalam Suku Toraja, Tradisi)
(Frans Sa'ding)
Menyawat (Bahasa Dayak Barai, Sintang, Kalimantan Barat: “Gotong Royong”)
(Siong)
Merapi (Jawa, Yogyakarta: hal relasi orang Jawa Yogyakarta dengan lingkungan hidupnya)
(Alvarian Utomo)
Mi Are (Bahasa Lio: Syukuran Atas Hasil Panen)
(Yohanis Yustinus Doi)
Miak (Dayak Kayan Mapan: Kebersamaan dalam acara selamatan tujuh atau sembilan hari orang yang sudah meninggal)
(Benidiktus Paulus)
Mibu Muuh (Upacara Membuka Ladang)
(Christianus)
Mőli-mőli (Bahasa Nias: hal “sikap terhadap sesama dan alam” dalam masyarakat Nias)
(Ibeanus Zalukhu)
Mori Kraéng Jari Agu Dédék (Bahasa Manggarai: Tuhan ‘Penjadi dan Pembentuk’)
(Firminus Marianto CM)
Mosa keso uli ana koda:Bahasa Flores-Ngada –gaya kepemimpinan tradisi Ngada
(Eduardus Madha)
N
NAHAR PO KAKET (SOPAN SANTUN) (Suatu Praktik Sopan Santun dalam Hidup Orang Maybrat)
(Imanuel Tenau)
Nai ngalis tuka ngengga (Bahasa Manggarai: kebijaksanaan, hati yang terbuka)
(Arbianus Rivaldi)
Narima ing Pandum (Bahasa Jawa: hal bersyukur dan pasrah)
(Fidelis Anggiornamento)
Naring (Bahasa Manggarai: Puji, mengucapkan syukur, mengapresiasi)
(Arbianus Rivaldi)
Nata (Bahasa Lio Ende: sirih pinang: tanda ikatan pertunangan dalam suatu ritus perkawinan)
(Rovinus Longa)
Neki Weki Manga Ranga, Padir Wai Rentu Sai (Bahasa Manggarai: Kebersamaan Itu Lahir Dalam Kehadiran Dan Persatuan Dengan Yang Lain)
(Firminus Marianto CM)
Neki Weki Ranga Manga (Bahasa Manggarai: Berkumpul Bersama Sebagai Saudara)
(Matias Jebaru)
Nglarung (Jawa, Yogyakarta: ritual memohon berkah dari Laut Selatan bagi kedamaian Yogyakarta)
(Alvarian Utomo)
NIPA MOA (Peristiwa Alam Terjadinya Pelangi Dari Lio-Ende)
(Agustinus Ga'a Della)
Nosu Minu Podi (Memanggil Roh/Semangat Padi)
(Christianus)
Nyaho ( Dayak Kayaan, Kalbar: Upacara adat ngayo )
(Yohanes Kasra)
Nyahuq ( Dayak Benuaq Kaltim :Roh yang memberi kabar baik dan buruk)
(Ronalius Bilung)
NYANGKELAN (Dayak Lebang Nado, Kalimantan Barat)
(Robertus Moses)
O
Oke Copel/ Oke Dara Ta’a (Bahasa Manggarai: Membuang sial, memutuskan nasib sial)
(Gregorius Kurniawan)
P
Panombahion, Uhum Pupu dohot Toto ( Bahasa Batak Toba, Dolok Sanggul, SUMUT: “Tata cara tentang mengelola sawah atau ladang”)
(Jimson Sigalingging)
PAPA BE’O NE’E ULU EKO, PAPA NE’E PADHI LANGE (Bahasan Nagekeo, NTT:Saling Mengenal Dan Saling Berbaikan Dengan Tetangga)
(Antonius Alfredo Poa)
Pasae Tujung (Bahasa Batak Toba, Humbang, Sumatera Utara: “Ritual pelepasan kain kabung dari seorang Istri yang ditinggal oleh Suami”)
(Jimson Sigalingging)
Pati Nyawa (Bahasa Dayak Krio, Kalimantan Barat) : Hal adat istiadat yang mengatur aneka bentuk pembunuhan.
(Agustinus Tamtama)
Pau Ngali Cama Laing, Pau Ngampang Cama-Cama (Bahasa Manggarai: Jatuh ke dalam got bersama-sama, jatuh ke jurang/tebing bersama-sama)
(Firminus Marianto CM)
PA’ANG NGAUNG (BAHASA MANGGARAI: HUBUNGAN KELUARGA YANG TERBENTUK ATAS DASAR HIDUP BERSAMA DALAM SATU KAMPUNG)
(Fedrianus Ghela)
Pa’rapuan (Bahasa Toraja, Sulawesi Selatan: Hal Perkumpulan Keluarga, Rumpun Keluarga, Hubungan Darah, Keluarga Besar)
(Frans Sa'ding)
Peler (Bahasa Lamba Leda, Manggarai Timur, Flores: Perihal Permohonan Maaf kepada Alam Ciptaan)
(Eugen)
Permainan Abui (Bahasa Dayak Abai: hal “menghargai padi”)
(Martinus)
Permainan Arang dan Usag Bakul (Bahasa dayak Abai: hal “Kebersamaan”)
(Martinus)
Petekuraang (Bahasa Dayak Kayaan: Hal “Adat Berdamai Dengan Sesama”)
(Iko Logam)
Petik Laut (Bahasa Osing, Banyuwangi, Jawa Timur:hal “mensyukuri hasil laut”)
(Doroteus Bryan)
Pio-pio Wale Io (Bahasa Manggarai: Bersikap ramah dan sopan)
(Gregorius Kurniawan)
Porak Bakok (kulit batang pisang putih)
(Venansius Vikroltus)
Po’o (Lio-Ende: ritual tolak bala)
(Siklus Rikardus Depa)
R
Ragi Lambu, Luka Lesu (Bahasa Lio-Ende: pakaian adat untuk pria Lio-Ende)
(Rikardus)
Rampanan Kapa’ (Bahasa Toraja, Sulawesi Selatan: Hal “Pernikahan Adat” dalam Suku Toraja, Adat)
(Frans Sa'ding)
Rasan di’a-di’a kope (mengasahi parang baik-baik)
(Venansius Vikroltus)
Ritual Pangungkapon Taun Partanoon (Batak Toba: Ritual sebelum mengolah sawah dimulai dengan cangkulan pertama)
(Rudianto Situmorang)
Rumah Radakng (Bahasa Dayak Kendayan: Hal “Rumah Panjang/Adat-Tempat Tinggal”)
(Iko Logam)
Rumangsan (Bahasa Jawa: Merasa atau tahu diri).
(Yohanes Basticovan)
Ruwahan (Tradisi Jawa, Desa Rogbelah, Kecamatan Selo, Boyolali Jawa Tengah: “Berkaitan dengan Silaturahmi”)
(Prof. Armada)
Ruwatan ( Tradisi Jawa, Desa Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta Jawa Tengah: “Berkaitan dengan Pembebasan Kuasa roh jahat atau Buang Malapetaka”)
(Prof. Armada)
S
Sadama (Dayak Bakati Kalimantan Barat, Bahasa Bakati: Orang Tua)
(Borremius Buyono)
Sanyari Bumi (Bahasa Jawa: Sejengkal tanah).
(Yohanes Basticovan)
Sanzangan (Bahasa Dayak Krio, Kalimantan Barat) : cerita lisan yang dituturkan dengan pesan yang sarat makna.
(Agustinus Tamtama)
Seblang (Bahasa Osing, Banyuwangi, Jawa Timur:hal “menolak bencana”)
(Doroteus Bryan)
Séngét (Bahasa Manggarai: mendengar, dengarkan, perhatikan)
(Arbianus Rivaldi)
Soka Teba(Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: membawa hewan kurban)
(Marten CM)
SOPEL (Denda)
(Venansius Vikroltus)
Soso molo, sasa masa, jila ngere nenu nia, masa ngere pingga bha (bahasa Lio: menggambarkan suatu kehidupan yang teratur)
(Rovinus Longa)
T
Tauna Mawo (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: memberi persembahan kepada dewa)
(Marten CM)
Tepa Slira (Bahasa Jawa: tentang sikap tenggang rasa)
(Fidelis Anggiornamento)
Tiwah ( Dayak Tamuan, Kalteng: Ritual menahan mayat )
(Yohanes Kasra)
Tongkonan (Bahasa Toraja, Sulawesi Selatan: Rumah Adat, Warisan Leluhur Suku Toraja)
(Frans Sa'ding)
Tonu Wujo (Bahasa Larantuka, Flores Timur, NTT: hal “Tradisi Pengolahan Tanah dan Kultus Dewi Padi”)
(Aloysius Dirgahayu Doren)
Torok (Bahasa Manggarai:Ungkapan; tutur bahasa; cara berkata puitis)
(Gregorius Kurniawan)
Tradisi adat pantakng ( Dayak Ribun kalimantan barat, Desa Kampuh, Kec. Bonti, Kab. Sanggau: pantang)
(Borremius Buyono)
Tradisi Menangan (Bahasa Dayak Abai: hal “Bekerja sama”)
(Martinus)
Tradisi Nutul dan Nyubon (Bahasa Dayak Abai: hal “menghargai alam”)
(Martinus)
Tsana Ka Watu Pesa (Bahasa Lio: Dimakan tanah dan ditelan batu)
(Yohanis Yustinus Doi)
TUAK PEKEJANG (Dayak Lebang Nado, Kalimantan Barat)
(Robertus Moses)
Tumpeng Sewu (Bahasa Osing, Banyuwangi, Jawa Timur:hal “makan bersama”)
(Doroteus Bryan)
Tunda Mbinna dan ketena katonga (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: perkenalan diri oleh pengantin pria dan pengikatan/meminang)
(Marten CM)
Tura Jaji (Perjanjian Persahabatan Abadi) Dalam Hukum Adat Lio
(Agustinus Ga'a Della)
Tutuh Nya’ Tiop, Akal Nya’ Midop (Walaupun baju kita dari kulit kayu, tetapi hidup harus berakal)
(Christianus)
U
Umaq Taotn (Dayak Tunjung Kaltim : Ladang Tahun)
(Ronalius Bilung)
Unggah Ungguh (Bahasa Jawa: hal sopan santun dalam berbahasa)
(Fidelis Anggiornamento)
Upacara Telun Lekuu (Dayak Bahau Kaltim: Upacara Ikat Gelang)
(Ronalius Bilung)
Urip Iku Kudu Sing Sembada (Jawa, Yogyakarta: hal menasihati anak-anak agar hidup dengan sepantasnya)
(Alvarian Utomo)
W
Wae Teku (Bahasa Manggarai: Air Timba)
(Matias Jebaru)
Wee tua ngere sua wua, maku ngere watu lowo (bahasa Lio: hal “kesatuan”, kerja sama)
(Yohanis Yustinus Doi)
Wenggol (Bahasa Lamba Leda, Manggarai Timur, Flores: Perihal Gotong Royong)
(Eugen)
WENGI TELU KA API TE’U GHALE LOWO (Tiga Hari Lagi Akan Diadakan Upacara Api Te’u di Kali)
(Agustinus Ga’a Della)
Wiwit (Tradisi Jawa, Desa Rogobelah, Kecamatan Selo, Boyolali Jawa Tengah: “Berkaitan dengan Upacara Tanam dan Panen”)
(Prof. Armada)
WOENELU (BAHASA MANGGARAI: KELUARGA KERABAT YANG TERBENTUK ATAS DASAR PERKAWINAN)
(Fedrianus Ghela)
Wuamalugere (Bahasa Larantuka, Flores Timur, NTT: hal “Upacara sehari sebelum pernikahan”)
(Aloysius Dirgahayu Doren)
Wurumana (Bahasa Lio-Ende: “hal gotong royong”)
(Rikardus)
“
“Besik Belik” ( Tradisi Jawa, Srengat Kab. Blitar Jawa Timur: tradisi menjaga dan memelihara sumber air)
(Yusep Septiawan)
“Boka Mata LE E’E.” (Bahasa Nagekeo, NTT: ungkapan dalam kematian masyarakat Nagekeo)
(Antonius Alfredo Poa)
“Derep” (Tradisi Jawa, Ngadirejo Blitar Jawa Timur : tradisi memanen padi)
(Yusep Septiawan)
“Dhupak Bujang” (Bahasa Jawa: Tendangan Lelaki Muda)
(Dika Sripandanari)
“Esem Mantri” (Bahasa Jawa: Senyuman Serang Ahli)
(Dika Sripandanari)
“Go Pado Tau Maki Go Muzi Kita Ata” Bahasa: Flores-Ngada: Pengembangan Sosial Ekonomi Tradisi Ngada
(Eduardus Madha)
“Kena Iwak e, Ora Buthek Banyune” (Bahasa Jawa: Ikan Didapatkan Tanpa Mengkeruhkan Air)
(Dika Sripandanari)
“Neka Poka Pu’ar Boto Mora Usan (jangan menebang hutan supaya hujan turun)” “Neka Tapa Satar Boto Mata Kaka (jangan membakar padang supaya burung tetap hidup)”
(Venansius Vikroltus)
“Ngeleb Saben, Nguri-uri kali” (Tradisi Jawa, Ngadirejo Blitar Jawa Timur: wejangan untuk memelihara tanah dan sungai)
(Yusep Septiawan)
“Semu Bupati” (Bahasa Jawa: Kesan dari Penguasa)
(Dika Sripandanari)
“Too Jogho Waga Sama, Bani Papa Kapi Tego Papa Leung.” (Bahasa Nageko, NTT: ungkapan adat yang berkaitan dengan semangat gotong royong masyarakat Nagekeo)
(Antonius Alfredo Poa)