Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana
| Tentang EFWS

Gawai Adat Ngamik semangat padi ( Dayak Desa kalimantan barat, kampung Tekang Sintang: gawai Adat Mengambil Semangat Padi)


Dayak Desa adalah masyarakat yang sangat religius, mereka mengungkapkan iman lewat berbagai upacara adat/gawai adat. Ngamik (mengambil) Semangat padi adalah salah satu ungkapan rasa syukur dan permohonan berkat atas benih padi kepada puyang Gana /Petra/Dewa adalah dewa tertinggi pada suku Dayak Desa, Sintang.

Dalam suku Dayak Desa yang berada di Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat khususnya di kampung Tekang, ada tradisi ngamik semangat padi atau Roh padi. Ngamik semangat padi diadakan setelah setelah selesai musim panen. Ngamik semengat padi dalam Suku Dayak Desa di Kampung Tekang, bukit Kelam diadakan satu tahun sekali yaitu pada bulan Mei atau setelah selesai musim panen. Ngamik semengat padi harus diadakan agar nanti benih padi bisa tumbuh dengan subur dan berkembang banyak sehingga hasil akan berlimpah.

Ngamik semangat padi adalah bentuk ucapan syukur, karena panen telah berhasil dan kini akan mulai menanam lagi, dalam proses upacara ini, Masyarakat harus membuat sebuah perahu yang dibawa untuk menjemput padi dari rumah ke rumah, dan harus ada tuak, dan gorengan tumpi yang terbuat dari beras ketan. Dalam hal ini, Buber ingin melihat relasi manusia dengan Tuhan. Di mana dalam upacara ini selalu ingin memperlihatkan kesatuan antara manusia dengan Peter (Tuhan).

Mengatakan kalau Proses upacaranya ialah pertama sekelompok orang dengan membawa perahu dan benih sambil minum tuak, berjalan dari ujung kampung keujungnya lagi. Ketika melewati rumah-rumah, mereka harus singgah. Rumah orang yang disinggahi harus ikut berarak juga. Tua muda harus ikut berarak. Setelah semua rumah disinggahi dan membawa padi masing-masing, kemudian mereka membawa padi tersebut ke Gereja atau betang panjang (Jur, 2010:27).

Di sana padi didoakan, kemudian diletakkan pada sudut ruangan yang dibatasi dengan kain atau padi-padi dikelilingi dengan tirai kain selama tujuh hari tujuh malam. Sedangkan sampan diletakkan di tengah-tengah, dan biasanya digantung di atas rumah. Padi tersebut harus dijaga siang dan malam. Tidak ada yang boleh tidur (dijaga bergantian). Mereka menjaganya sambil bernyanyi, berpantun bekana, makan dan minum tuak serta bercritera tentang keperkasaan para leluhur orang Dayak Desa dan kemahakuasaan Petar (Tuhan). Pada hari ketujuh, mereka berkumpul di sekitar padi-padi itu, padi-padi diberkati dan didoakan kemudian tirai kain pembatas dibuka dan padi tersebut dibawa pulang kerumah masing-masing.

Upacara persembahan adalah tanda bukti bahwa Allah yang tertinggi, penguasa alam semesta, pencipta, karena itu patut dihormati dan diberikan yang terbaik dari hasil panen dan ternak. Bagi orang Dayak Desa upacara Ngamik semengat padi dan mendoakannya dan makan ramai-ramai digereja tempat padi didoakan adalah sebuah pengakuan akan kekuasaan Allah dan sebuah acara adat penghormatan kepada yang tertinggi, yang telah membuat panen mereka berhasil. Sebagian hasil panen dibawa untuk dimakan bersama sambil menjaga padi. Semua itu adalah wujud rasa syukur kepada Allah sang pemberi hidup dan pemberi rejeki (Jur, 2010:27).

Padi adalah tanaman yang sangat penting, dalam sejarah hidup manusia orang dayak. Sebab benih padi yang ditanam dan dirawat dengan baik, akan menghasilkan banyak panenan. Kalau tidak ada padi yang ditanam dan diolah menjadi beras maka manusia (orang Dayak Desa) tidak bisa hidup sebab beras merupakan kebutuhan pokok mereka. Karena padi merupakan tanaman yang sangat penting dan dihormati, maka perlu dipelihara dengan baik dan diberi tempat yang istimewa dalam kehidupan.

Bila alam dipandang sebagai penentu kehidupan manusia, manusia dari sendirinya menaruh rasa hormat yang tinggi (Riyanto, 2013:37). Demikian juga dalam Upacara ngamik semengat padi ini, bukan hanya sebuah penghormatan atas tanaman tau hewan. Upacar ini dimaksudkan untuk ciptaan termasuk tanaman yanga adalah bagian dari lingkungan dan diri kita. Hubungan mereka dengan ciptaan khususnya tanaman dan hewan sangat erat dan semuanya diungkapkan dengan sistem adat sebagai penghargaan kepada tanaman, hewan dan tanah. Dengan demikian maka semua ciptaan dipandang baik dan tidak boleh dimusnahkan.

Dalam hal ini tidak hanya manusia saja yang memiliki roh/jiwa tetapi tanaman padi juga memiliki roh/jiwa. Seperti apa yang dikatakan oleh sokrates dalam pandangannya terhadap manusia. Sehingga ia mengatakan jiwa adalah natura atau kodrat manusia. Jiwa adalah esensi manusia. Maka roh padi juga merupakan esensi dari padi (Bdk. Riyanto, 2011:5).

Tata indah alam semesta adalah gambaran tata indah kehidupan sehari-hari. malahan, alam adalah sang kehidupan itu sendiri (Riyanto,2013: 34). Orang Dayak sangat menghormati alam terutama pada Suku Dayak Desa. Penghormatan kepada alam sekitar terutama hutan juga tidak bisa dilepaskan dari upaca ngamik semengat padi ini. Bagi mereka hutan atau alam sekitar termasuk dalam ciptaan Tuhan yang harus dijaga, dipilihara dan dihormati serta dikelola dengan baik dan bijak. Hal itu adalah salah satu tindakan penghormatan terhadap alam sekitar, termasuk hutan dengan tidak membabatnya tetapi hanya menggunakannya untuk membuat ladang.

Lingkungan hidup orang Dayak Desa adalah Sakral karena berkaitan erat dengan para dewa dan leluhur. Hidup di lingkungan Sakral menuntut banyak upacara sebagai wujud penyerahan diri. Itulah sebabnya mereka begitu menyatu dengan denyut alam dan lingkungannya. Tidak ada keingginan untuk menentang apa yang telah ditetapkan. Segala sesuatu selalu diselaraskan dengan mitos yang menjadi model tindakan manusia. Demikian juga halnya dengan pemanfaatan hutan. Mitos telah menunjukan bahwa hutan dimanfaatkan dengan cara berladang.

Manusia dan alam itu saling membutuhkan. Manusia dapat hidup melalui hasil dari alam tapi disis lain alam juga membutuhkan jamahan manusia. Berkaitan dengan tema ini Armada Riyanto memberikan sebuah komentar, ia mengatakan” filsafat alam menjadi tema penting dewasa ini, hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatirannya bahwa betapa manusia telah melupakan kelestarian Alam” (Riyanto, 2013:30).

Maka sangat pentinglah bagi masyarakat, sebelum membuka ladang mereka mengadakan upacara. Begitu juga setelah selesai musim panen, mereka mengadakan upacar mengambil semangat padi, yang merupakan ucapan syukur karena panen telah berhasil dan sekarang mereka meminta restu lagi kepada petera (Tuhan) untuk memberkati benih-benih padi yang akan mereka tanam di ladang nantinya.

Padi yang akan ditanam ke ladang merupakan bibit yang sangat sempurna. Pertama-tama padi tersebut sudah dipilih sebelum dijadikan untuk pembibitan. Padi tersebut juga sudah diberkati oleh para penatua adat. Hal ini menunjukan penghormatan dan penghargaan terhadap padi sangat sakral. Bagi masyarakat Dayak Desa padi adalah tumbuhan yang hidup dan punya semangat.

  • Lihat Juga

  • Lihat Juga

    Bapumung (Dayak Bakati dari Kalimantan Barat, Bahasa Bakati: Hal, Meminta ijin).  Sadama (Dayak Bakati Kalimantan Barat, Bahasa Bakati: Orang Tua)  Tradisi adat pantakng ( Dayak Ribun kalimantan barat, Desa Kampuh, Kec. Bonti, Kab. Sanggau: pantang) 

    Oleh :
    Borremius Buyono ()