
Nyahuq ( Dayak Benuaq Kaltim :Roh yang memberi kabar baik dan buruk)
Nyahud adalah sekelompok roh yang menjelma dalam wujud berbagai binatang. Roh-roh nyahuq berfungsi menyampaikan sesuatu yang akan terjadi, baik yang menguntungkan atau sebaliknya (Madrah 1997: 55). Menurut kepercayaan suku Dayak Benuaq pada kesempatan tertentu, misalnya sebelum menanam padi, membangun rumah,sesudah menempati rumah baru harus dipersembahkan kurban kepada roh-roh yang di sebut nyahuq. Ada sebuah mitos yang menceritakan asal-usul nyahuq. Pada masa yang lalu hiduplah sebuah keluarga yang memiliki beberapa orang anak. Anak yang sulung bernama Apang Peninggir. Adik dari apang peninggir yang bernama Hipoq selalu menangis dan orang tuanya tidak dapat menenangkannya. Hal ini sudah berlangsung beberapa hari. setiap sore setelah pulang dari ladang, orang tuanya menemukan anaknya Hipoq sedang menangis. Tetapi suatu hari setelah kembali dari ladang, Hipoq tidak terdengar menangis lagi. Ketika neneknya yang sedang mengasuh ditanya, mengapa anaknya berhenti menangis, ia menjawab bahwa anak itu telah minta nasi ketan merah dengan daging ayam yang berbulu hitam dan permintaan anak itu telah dipenuhinya. Mendengar jawaban itu orang tuanya sangat terkejut, karena makanan semacam itu dilarang karena makanan itu tabu.
Dengan penuh rasa khawatir mereka bertanya ke mana perginya anak-anak mereka serta saudara-saudaranya yang ikut makan bersama makanan tabu itu. Kemudian dilihatnya anak-anak itu. Ada yang duduk di atas tanah, yang seorang lagi duduk di atas tangga rumah dan yang lainnya duduk di atas balok atap rumah. Mereka semua mempunyai sayap di kulitnya. Beberapa hari kemudian anak-anak itu berubah bentuk menjadi burung dan terbang menghilang. Hanya Apang Peninggir yang tidak ikut makan bersama saudara-saudaranya. Beberapa waktu kemudian, Apang Peninggir merasa sakit dan tidak dapat bekerja. oleh karena itu ia pergi ke hutan mencari udara segar. Tiba-tiba ia mendengar suara manusia. kemudian ia menuju ke tempat munculnya suara-suara itu dan nampaknya sekelompok laki-laki sedang membuat peti Jenasah. Apang Peninggir bertanya untuk siapa peti jenasah itu dibuat. Orang-orang itu menjawab bahwa peti jenasah itu dibuat untuk Apang Peninggir sendiri.
Ketika mendengar itu, ia sangat kaget dan merasa takut jangan sampai mereka membunuhnya. Lalu ia ingin lari dari tempat itu namun orang-orang itu berusaha untuk menenangkannya dan berkata kepadanya agar dia tidak usah takut asal dia sudi memberikan makanan kepada mereka, lalu mereka memperkenalkan diri sebagai saudara-saudaranya yang telah berubah menjadi burung. Mereka menderita kelaparan karena Apang Peninggir dan kedua orang tuanya telah melupakan mereka. Kemudian apang peninggir bertanya apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Mereka menjawab bahwa dia harus mempersembahkan korban berupa makanan kepada mereka. Sekembalinya dari hutan, Apang peninggir segera melaksanakan yang di minta saudara-saudaranya dan membawanya ke Hutan. Namun ia tidak bertemu lagi dengan saudara-saudaranya sedangkan peti jenasah telah rusak tidak terurus. Pada malam harinya ia menceritakan apa yang dialami nya kepada orang tuanya. Kemudian orang tuanya menceritakan kembali apa yang terjadi dahulu. Apang Peninggir dinasehati agar selalu menyediakan kurban makanan bagi saudaranya. Jika ia melakukannya maka padi di ladang akan tumbuh dengan baik dan subur dan ia akan bahagia. Burung-burung itu akan selalu memberitahukan kepadanya kapan korban makanan itu harus disediakan. Jika korban itu tidak di persembahkan maka akan terjadi malapetaka. Cerita ini berakhir dengan kesimpulan bahwa setiap peristiwa tertentu selalu harus diadakan upacara Makan Nyahuq yang berarti memberi makan kepada nyahuq (Coomans 1987 : 75-76).
Cerita mitos tentang Nyahuq, merupakan suatu cerita yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang suku Dayak Benuaq dari generasi ke generasi. Mitos-mitos seperti ini menerangkan suatu kejadian yang suci atau suatu peristiwa yang dialami oleh nenek moyang di zaman dahulu, yang waktu terjadinya tidak dapat dipastika secara historis (Coomans 1987: 77). Cerita tentang nyahuq bukan sekedar cerita yang tidak memiliki makna. Cerita ini telah menjadi napas hidup bagi upacara Nyahuq yang saat ini masih dipercayai oleh orang Dayak Benuaq. Nyahuq sebagai sesuatu yang dihidupi dan dipercayai oleh orang Dayak Benuaq memberi dasar dan norma prilaku dan menjelaskan arti eksistensi manusia yang hidup berdampingan dengan alam. Nyahuq sesungguhnya berbicara tentang kemampuan orang Dayak Benuaq membaca tanda-tanda alam. Kemampuan membaca tanda-tanda alam itu mengandaikan suatu relasi yang harmonis antara manusia dan alam. Sebagai contoh misalnya, era tahun sembilan puluhan, orang Dayak Benuaq mampu memprediksi kapan akan terjadi banjir, kapan harus membuat ladang, dan sebagainya. Tetapi saat ini, ketika hutan sudah menjadi lahan pertambangan, masyarakat Dayak Benuaq,seperti kehilangan kekuatan untuk memperkirakan kapan suatu peristiwa terjadi. Kenyataan ini mau mengatakan bahwa seluruh proses kegiatan manusia dan proses alam dalam suatu kerangka analisis ekosistem memiliki suatu ketergantungan antara satu dan yang lain. Dengan kata lain, alam dan manusia saling melengkapi dan saling membutuhkan (Purwanto 2010: 65). Hal inilah yang menjadi pesan utama dalam cerita tentang nyahuq.
Dalam Cerita mitos tentang nyahuq, terkandung suatu nilai-nilai spiritual religiusitas dalam kaitannya dengan alam. Nyahuq membawa orang Dayak Benuaq pada pertemuan antara manusia dan dunia Ilahi. Hal ini nampak dari berbagai ritual misalnya makan nyahuq sebagai upaya untuk menghindari bencana dan malapetaka. Namun lebih dari sekedar itu, nyahuq membawa orang Dayak Benuaq untuk melihat alam sebagai bagian dari hidupnya yang perlu di hormati dan dilindungi sebagaimana manusia melindungi dirinya. Cara hidup manusia saat ini yang suka mengekploitasi lingkungan secara berlebihan, tidak terlepas dari cara manusia itu memaknai hidupnya saat ini. bangkitnya semangat individualisme dan kecendrungan mengungkapkan sikap materialis dan pragmatis membuat kesadaran terhadap pentingnya nilai-nilai ekologis menjadi memudar (bdk Molan 2015: vii). Akibatnya alam yang diolah sedemikian rupa demi kepentingan kelompok ataupun pribadi mengalami kerusakan yang sangat hebat. Kerusakan ini merupakan cerminan rusaknya tatanan nilai manusia dalam menata dan mengelola hidup dan relasinya dengan alam (bdk. Elias 2011: 1). Dengan demikian cerita mitos nyahuq dalam suku Dayak Benuaq merupakan seruan dan ajakan serta nasihat bagi setiap manusia untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap alam yang telah memberi banyak warisan kekayaan baik itu tradisi maupun berbagai ritual yang memberi makna mendalam pada identitas orang Dayak Benuaq.
Bibliografi
Cooman Mikhail, Manusia Daya, Dahulu, Sekarang, dan Akan Datang, Jakarta: Gramedia:
1987.
Elias, Ngiuk, Studi Kasus: Gurita masalah Lingkungan Hidup Di kabupaten Ketapang, dalam Benny Phang dan Valentinus, Minum dari sumber sendiri, Malang: STFT Widya Sasana, 2011.
Madrah T, Dalmasius, Lemu Ilmu Magis Suku Dayak Benuaq dan Tunjung, Jakarta : Puspa
Swara, 1997.
Molan, Benyamin, Multikulturalisme, Cerdas Membangun Hidup Bersama yang Dinamis,
jakarta: Indeks, 2015.
Poerwanto Dr Hari, Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Lihat Juga
Umaq Taotn (Dayak Tunjung Kaltim : Ladang Tahun) | Upacara Telun Lekuu (Dayak Bahau Kaltim: Upacara Ikat Gelang) |
Ronalius Bilung ()