Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana
| Tentang EFWS

2. Supu (bahasa Ende, NTT : kerja sama).


Supu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang untuk menyelesaikan pekerjaan terhadap suatu anggota keluarga atau bisa juga untuk kepentingan umum, misalnya supu tendo muza uma (kerja sama untuk tanam-mananam di kebun), supu kema uma (kerja sama membersihkan kebun), supu kema sa’o (kerja sama membangun rumah) (Orinbao, 1992 : 32). Supu bisa juga dilakukan bukan hanya untuk keluarga saja melainkan seperti kerja bersama untuk membangun desa misalnya perbaikan jalan (supu kema raza), dan kerja bakti lainnya, itu juga bisa dikatakan supu.

Ende dibagi menjadi dua suku yaitu suku ata lio (suku orang lio) dan suku Ende (suku Ende). Sebutan supu berasal dari suku ata Lio (suku orang Lio), karena orang dari suku ata lio tinggalnya menyebar kemana-mana, maka sebutan supu juga ikut menyebar lewat bahasa sampai di suku Ende sehingga orang dari suku Ende juga menggunakan kata tersebut (supu) sebagai terminologi untuk bekerja sama dalam melakukan suatu pekerjaan.

Siapa-siapa saja yang terlibat dalam acara supu (kerja sama)? yang ikut terlibat dalam acara supu (kerjasama) adalah banyak orang. Jumlah orangnya tergantung yang diundang. Biasanya jumlah orang dalam acara supu (kerja sama) terdiri atas sepuluh orang atau lebih. Sangat jarang dalam melakukan acara supu (kerja sama), dengan jumlah orangnya di bawah delapan atau Sembilan orang. Supu dilakukan, baik itu untuk kepentingan satu keluarga maupun untuk kepentingan orang banyak selalu dilakukan dengan jumlah orangnya lebih di atas sepuluh. Baik itu supu tendo muza uma (kerja sama tanam-menanam di kebun), supu kema razha (kerja sama membangun jalan) dan lain-lain, selalu dilakukan oleh banyak orang dengan jumlah diatas sepuluh orang. Kelompok dalam acara supu (kerja sama) biasanya terdiri dari para bapak-bapak dan anak mudah khusunya untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang dianggap berat seperti supu kema uma baru (kerja sama untuk membuka kebun baru), Perempuan bisa bergabung apabila supu dilakukan dalam pekerjaan yang ringan-ringan seperti supu tendo are (tanam padi di ladang atau sawah), supu ke’a mbene are (kerja sama membersihkan rumput padi di ladang), dan supu ringan lainnya.

Lata belakang munculnya supu (kerja sama) adalah pada zaman dahulu kala, di wilayah daerah Ende Lio terdapat hutan besar dan di dalamnya terdapat banyak pohon dan rumput-rumput liar (rumput yang sangat keras dan susah untuk di tebas dengan menggunakan parang). Pada saat musim hujan, di wilayah Ende Lio terdapat beberapa tempat untuk dibuat menjadi ladang. Karena banyak pohon-pohon besar maka mosalaki (tua adat) dan warga lainnya tidak bisa bekerja sendiri, karena mereka semua mempunyai lahan masing-masing yang sangat luas, dan di dalam lahan tersebut terdapat banyak pohon-pohon besar dan rumput-rumput liar yang sangat susah untuk di tebas dengan menggunakan parang atau sabit.

Dari latar belakang yang seperti itulah, maka mosalaki memerintahkan warganya agar bekerja secara berkelompok yang dalam bahasa Ende Lionya disebut dengan supu yang artinya kerja sama-sama untuk menyelesaikan perkerjaan yang sangat berat. Mosalaki mengutus beberapa delegasi untuk memberitahukan beberapa warga agar bekerja bersama-sama. jumlahnya terdiri dari sepuluh orang atau lebih, itupun kalau ada warga yang berhalangan. Kalau semua warga tidak berhalangan dan mau ikut berpartisipasi dalam supu, maka bisa saja satu kampung ikut semuanya agar pekerjaan yang dilakukan cepat selesai. Supu atau kerja sama-sama dilakukan secara bergiliran. Misalnya pada hari ini supu untuk keluarga si A dan besoknya si B dan seterusnya sampai lahan yang termasuk dalam anggota kelompok supu, semuanya dikerjakan dengan baik.

Berlangsungnya supu (kerja sama-sama) ; pada saat melakukan pekerjaan, semua anggota supu harus hadir kecuali yang sakit berat atau halangan lain. Dalam melakukan supu (kerja sama), pada saat pekerjaan sedang berlangsung para pekerja bekerja sambil bernyanyi, agar lebih semangat dalam melakukan pekerjaan, tetapi tergantung pekerjaannya. Kalau supu dilakukan sangat berat berarti tidak ada nyanyian dan itu tergantung kesepakatan bersama. Dan kalau supu yang dilakukan sangat ringan misalnya supu keti are (kerja sama mengetam padi) berarti bisa dilangsungkan dengan adanya nyanyian-nyanyian agar para pekerjanya atau anggota supu lebih semangat dalam melakukan pekerjaan dan pekerjaannya cepat diselesaikan. Begitulah berlangungnya acara supu (kerja sama). kalau seandainya pekerjaan yang dilakukan belum bisa diselesaikan pada saat yang sama maka bisa dikerjakan atau bisa dilanjutkan lagi pada hari besoknya sampai pekerjaan tersebut selesai.

Nilai etis yang bisa diambil dalam acara supu (kerja bersama-sama) adalah suatu kebersamaan, toleransi terhadap sesama, saling membantu antara satu sama lainnya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terhadap suatu anggota keluarga atau membangun desa atau kampung dan lain-lain sebagainya.

  • Bibliografi
  • Lihat Juga

  • Bibliografi

    Orinbao, P. Sareng. 1992. Tata Berladang Tradisional dan pertanian tradisional suku Lio, Maumere : Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero.

    Mbete, Aron Meko. 2006. Kazanah Budaya Lio-Ende. Denpasar : Pustaka Larasan.

    Mbete, Aron Meko, 1992. Cerita Rakyat Lio-Flores. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.


    Lihat Juga

    1. Rongi (bahasa Ende, NTT : membuka lahan atau kebun baru atau menanam pohon untuk dijadikan sebagai hutan lindung).  1. Bou (bahasa Ende, NTT : kumpul keluarga sebelum menghantar belis/mas kawin).  3. Tarian Dowe Dara (bahasa Ende, NTT : tarian saat menanan tanaman). 

    Oleh :
    Vincensius Mengga ()