
Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar )
Tradisi pulang kampung atau mudik saat hari raya keagamaan tertentu sudah tidak asing lagi bagi warga Indonesia. Sebab mudik itu dilaksanakan setiap tahun pada hari raya keagamaan. Tujuan mudik adalah merayakan hari raya agama bersama keluarga di rumah orang tua atau saudara yang dituakan.
Berbeda dengan tradisi mudik di atas, di Sumba Barat Daya tepatnya di Wewewa terdapat satu tradisi upacara keagamaan lokal. Upacara itu disebut dengan istilah Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar ). Upacara ini sudah menjadi suatu tradisi yang berlaku di Wewewa. Memang tradisi juga terdapat di beberapa klan yang ada di Sumba tetapi penulis akan hanya membahas tentang tradisi yang berlaku di Wewewa. Di Wewewa pun terdapat beberapa klan yang memiliki Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: rumah besar)sendiri. Karena begitu banyak klan maka penulis mengambil klan Wee Leo Katowa Lobo yang adalah klan penulis.
Klan Wee Leo Katowa Lobo tersebar luas di pulau Sumba. Klan ini memiliki satu rumah adat yang menjadi pusat dari semua rumah-rumah adat yang ada. Rumah pusat di kenal dengan nama Uma Kalada atau Ina Kaweda (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: rumah besar atau nenek). Rumah adat itu awalnya berada di pinggir pantai Oro di Sumba Barat daya. Hingga saat ini masih ada jejaknya berupa tiang-tiang pekarangan rumah yang terbuat dari batu-batu yang disusun berbentuk tembok. Menurut Stevanus Bora (seorang Imam Marapu keterunan kedelapan) mengatakan bahwa Uma Kalada atau Ina Kaweda (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: rumah besar atau nenek) ini dipindahkan ke daerah Kodi. Perpindahan itu terjadi karena anggota klan ini mencari daerah yang subur kearah Barat tepatnya di Kodi. Tetapi mereka hanya bertahan beberapa tahun di daerah Kodi karena daerah itu merupakan daerah kering. Karena alasan itulah beberapa di antara mereka berpindah ke daerah Tana Teke Wewewa Selatan yaitu kampung Manola. Di tempat ini mereka beranak pina, memiliki tanah yang banyak dan tersebar luas. Rumah ini masih berdiri hingga saat karena ada beberapa anggota klan Wee Leo Katowa Lobo yang menempati rumah itu.
Anggota klan Wee Leo Katowa Lobo semakin banyak maka Rato (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: imam Marapu) (bdk. Soekanto, 1981:164) berunding untuk mencari tempat yang baru. Lalu Imam Marapu mengajak beberapa anggota klan Wee Leo Katowa Lobo untuk berjalan kearah timur dari kampung Manola. Maka tibalah mereka di Mareda Kalada tepatnya di Kalindakana dan menetap hingga saat ini. Mereka mendirikan Uma Kalada atau Ina Kaweda (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: rumah besar atau nenek) yang masih kokoh berdiri sampai saat ini. Rumah adat merupakan pusat kegiatan keagamaan dan tempat tinggal imam Marapu berserta istrinya. Karena sifatnya yang suci maka orang tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang tidak berkaitan dengan keagamaan. Yang boleh masuk ke rumah ini hanyalah kaum pria dari klan itu dan anak perempuan yang belum menikah.
Uma Kalada atau Ina Kaweda (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: rumah besar atau nenek) ini kemudian menjadi pusat peribadatan klan Wee Leo Katowa Lobo. Di dalam rumah itu terdapat benda-benda pusaka yang dikeramatkan dan menjadi lambang Marapu. Maka benda pusaka itu harus dijaga dengan baik. Saat ini anggota klan itu menyebar ke beberapa tempat dan membangun rumah adat dengan urutan kedua dan ketiga yakni di Ailolo dan Ombakei. Marapu di rumah pusat itu biasanya diarak menuju kedua rumah di Ailolo dan Omba kei. Sebelum pergi dari rumah pusat, anggota klan meminta Marapu untuk diberi rahmat kesehatan dan keberhasilan dalam usaha-usaha mereka. Dan berjanji untuk membawa persembahan jika mereka dianugerahi seperti apa yang mereka inginkan. Jika mereka tidak mengindahkan janji itu maka anggota klan tadi akan memperoleh kemalangan. Setelah berjanji anggota klan menuju rumah mereka masing-masing untuk bekerja. Jika anggota klan Wee Leo Katowa Lobo sudah memanen hasil usaha seperti padi, jagung, umbi-umbian dan ternak, maka mereka membuat sebuah kesepakatan dengan imam Marapu. Kesepakatannya adalah mengadakan upacara besar Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik) ke rumah besar). Upacara ini dilakukan setiap tahun dengan meriah. Waktu pelaksanaan upacara Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar) sekitar bulan Agustus sampai September.
Cara pelaksanaan upacara Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar) adalah sebagai berikut pertama, imam Marapu memberitahu waktu pelaksanaan kepada semua keluarga klan Wee Leo Katowa Lobo dengan memberi undangan secara lisan melalui utusannya. Kemudian pada hari yang ditentukan semua anggota klan berkumpul di rumah besar urutan ketiga yaitu Omba Kei. Pada hari itu semua anggota klan Wee Leo Katowa Lobo dan keluarga dari klan-klan lain juga turut hadir. Imam Marapu mengumpulkan tetua adat dan imam-imam Marapu dari klan lain untuk memulai perarakan menuju rumah pusat. Sebelum perarakan berlangsung, beberapa kaum muda laki-laki dari klan itu ditugaskan untuk membawa berbagai macam jenis hasil panen dan semua jenis ternak. Selain itu beberapa pria dewasa membawa Marapu-Marapu dalam wujud benda-benda pusaka yang terbuat dari emas (Wellem, 2004:45-46). Mereka menutupi Marapu itu dengan kain tenun. Bila persiapan sudah selesai, maka imam Marapu akan melaksanakan tauna yassa(Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: menyebarkan beras untuk Marapu). Tujuannya adalah agar Marapu mengetahui bahwa akan diadakan upacara Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar). Meskipun klan ini menyakini bahwa Marapu sudah tahu apapun yang mereka hendak lakukan. Dalam upacara itu Imam Marapu mengajak semua marapu menuju ke rumah besar (Rumah pusat).
Proses perarakan ini dilakukan pada malam hari. Tujuannya adalah agar tidak ada orang yang melihat maupun mengikuti rombongan itu dari belakang. Konon bila ada orang yang mengikuti mereka dari belakang dan bukan bagian dari rombongan maka orang tersebut akan mendapat celaka. Oleh karena itu, bila rombong akan lewat maka semua warga akan diberi informasi mengenai hal itu. Proses perarakan itu berlangsung meriah dan disertai dengan tari-tarian, pekikan pria dan wanita. Ada beberapa urutan proses perarakan yakni urutan pertama, didahului oleh dua pria pembawa tombak dan tameng. Mereka disebut pengusir roh jahat dan pembersih jalan. Urutan kedua adalah para penari. Sepanjang jalan mereka akan menari sambil berpekikan sebagai tanda syukur dan sukacita menuju rumah besar. Urutan ketiga adalah pembawa Marapu. Marapu-marapu itu dibawa dengan menutupkan kain tenun disekujur tubuh oleh orang yang bertugas. Urutan keempat yaitu pembawa hasil panenan dan ternak piaraan. Kemudian disusul oleh imam Marapu bersama dengan tokoh-tokoh adat atau tetua adat dari berbagai klan. Dan urutan yang terakhir adalah keluarga-keluarga dari klan Wee Leo Katowa Lobo. Setibanya di rumah besar semua rombong diterima oleh penjaga rumah besar dengan percikan air untuk disucikan dari dosa. Selesai pemercikan air, mereka dipersilakan masuk kampung beserta bawaannya masing-masing. Dengan demikian maka selesailah upacara Kona Uma Kalada (Bahasa Wewewa,Sumba Barat Daya: kembali (mudik)ke rumah besar ).
Seluruh rangkaian acara mudik ke rumah besar dalam klan Wee Leo Katowa Lobo menjadi suatu budaya dimana manusia pada dasarnya adalah peziarah. Peziarahan manusia selalu mengandaikan adanya kerinduan untuk mencapai kesempurnaan (Riyanto, 2013: 9-20). Mengutip Plato, Armada mengatakan bahwa jiwa manusia selalu ingin keluar dari badan. Artinya bahwa tubuh memiliki keterbatasan. Sebagai contoh seorang ibu mau membantu anaknya sedang bekerja tetapi tidak bisa ia lakukan karena ibu tersebut sedang sakit. Inilah yang dimaksudkan bahwa manusia selalu ingin sempurna dengan jiwa yang berziarah.
Bibliografi
Soekanto, Soerjono Dr., SH.,MA. Soleman b. Taneko, SH. 1981. Hukum Adat Indonesia.
Jakarta: cv. Rajawali.
Riyanto, Armada CM. 2013. Menjadi Mencintai. Yogyakarta: Kanisius.
Wellem, F. D. 2004. Injil dan Marapu. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Lihat Juga
Marten CM ()